Indonesian Science Communication Lab (IDSCL)

adalah grup inisiasi non-profit untuk pengembangan keilmuan, strategi dan praktik komunikasi sains di Indonesia. Berbasis riset dan pengalaman praktis untuk meningkatkan wacana dan partisipasi publik pada sains, dengan mendorong dialog dan proses deliberatif dalam ruang lingkup kajian public engagement of science (PES) dan Science, Technology and Society (STS).

Recap: Brownbag #2 Co-authorship/Contributorship

in

Untuk membahas dan mengatasi isu-isu penting ini, Indonesian Science Communication Labs (IDSCL) menginisiasi sesi Brownbag #2, yang dipandu oleh Sabhrina Aninta, peneliti genetika konservasi dan evolusi genomik satwa liar, serta Ilham Ridlo, inisiator IDSCL. Acara ini bertujuan untuk memicu diskusi produktif mengenai authorship dan contributorship dalam penelitian ilmiah, dengan fokus khusus pada realitas yang dihadapi oleh dunia akademik di Indonesia. Sesi ini berlangsung pada Selasa, 20 Februari 2024, pukul 16.00 WIB dan disiarkan melalui platform digital IDSCL.

Beberapa bahasan penting dalam sesi brownbag ini antara lain sebagai berikut.

Menelusuri Kompleksitas Kepenulisan dan Kontribusi dalam Penelitian Akademik

Wacana seputar kepenulisan dan kepengarangan dalam penelitian akademis semakin kompleks dan punya kekhususan masing-masing bidang ilmu, yang mencerminkan lanskap karya ilmiah yang terus berkembang. Diskusi membahas aspek-aspek penting yang dibahas dalam analisis komprehensif tentang topik ini, menyoroti tantangan, masalah etika, dan kebutuhan akan kejelasan dan standarisasi di berbagai disiplin ilmu, terutama dalam konteks Indonesia.

Memahami Kompleksitas Kepengarangan

Definisi kepengarangan dan kontribusi telah meluas secara signifikan, dipengaruhi oleh pedoman dari organisasi seperti International Committee of Medical Journal Editors (ICMJE) dan Committee on Publication Ethics (COPE). Kepenulisan secara tradisional menandakan kontribusi substansial pada proses penelitian dan penulisan, sementara kontributor mencakup peran yang lebih luas yang menentukan kelayakan status kepenulisan. Perbedaan ini menjadi sangat penting dalam mengelola dan mengakui kontribusi yang beragam dalam sebuah proyek penelitian, terutama dalam bidang multidisiplin dan interdisiplin.

Berbagai faktor berkontribusi pada kompleksitas definisi kepengarangan, termasuk tantangan untuk mengkreditkan kontribusi dalam karya dengan banyak penulis dan norma-norma yang beragam di berbagai disiplin ilmu. Konteks Indonesia, khususnya, menghadirkan tantangan yang unik, yang menekankan perlunya peraturan yang jelas dan komunikasi yang transparan mengenai persentase kontribusi.

Masalah Etika Penulisan Riset

Konsep kontribusi lebih luas daripada kepengarangan, yang mengakui berbagai cara individu berkontribusi dalam proses penelitian. Akan tetapi, inklusivitas ini menimbulkan tantangan dalam alokasi kredit dan menimbulkan masalah etika terkait representasi kontribusi yang akurat. Praktik “first co-authorship” disebutkan sebagai cara untuk mengakui kontribusi yang setara di bidang tertentu, namun pendekatan ini juga menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan transparansi dalam mengakui kontribusi.

Pertimbangan etis merupakan hal yang paling penting, yang membahas berbagai masalah mulai dari perlakuan terhadap subjek penelitian hingga integritas praktik penelitian. Kekhawatiran tentang kepenulisan hantu, potensi pelanggaran penelitian, dan pentingnya menjaga kejujuran dan transparansi dalam kolaborasi akademis disoroti, menggarisbawahi kompleksitas etika dalam karya ilmiah.

Perbedaan Disiplin Ilmu dan Konteks Indonesia

Perbedaan disiplin ilmu secara signifikan berdampak pada norma-norma kontribusi dan kepengarangan. Apa yang dianggap sebagai monodisiplin sering kali menunjukkan spektrum pendekatan dan pemahaman yang beragam, sehingga memperumit penilaian kontribusi dan definisi batas-batas disiplin ilmu. Lanskap akademik Indonesia semakin memperumit masalah ini, dengan adanya praktik “arisan penulisan” yang menimbulkan pertanyaan tentang distribusi kredit kepengarangan yang adil dan integritas hasil akademik secara keseluruhan.

Kebutuhan akan pembangunan infrastruktur, intervensi politik, dan kejelasan dalam mendefinisikan disiplin ilmu diidentifikasi sebagai tantangan yang mendesak dalam konteks Indonesia. Faktor-faktor ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi hambatan-hambatan unik terhadap karya ilmiah yang efektif dan beretika di Indonesia.

Seruan untuk Standardisasi dan Transparansi

Penekanan yang signifikan diberikan pada perlunya standarisasi dan transparansi dalam menentukan kontribusi dan kepengarangan. Kurangnya pedoman yang jelas dan praktik-praktik yang terstandardisasi saat ini berkontribusi pada kebingungan dan potensi dilema etika. Menetapkan kriteria yang seragam dan proses yang transparan sangat penting untuk menjaga kredibilitas penelitian dan memastikan pengakuan yang adil atas kontribusi.

Sifat interdisipliner dari banyak penelitian kontemporer menambahkan lapisan kompleksitas lain pada evaluasi kontribusi. Dokumen ini membahas kesulitan dalam mendefinisikan batas-batas disiplin ilmu dan menilai kualitas karya interdisipliner, menyoroti kurangnya metrik standar untuk penilaian kualitas dan tantangan dalam memastikan validitas dan keandalan data.

Masalah Kepengarangan dan Kontribusi

Lanskap kepenulisan dan kontribusi yang rumit menghadirkan banyak tantangan, termasuk mendefinisikan peran, memastikan alokasi kredit yang adil, dan mengelola dimensi etika dari karya ilmiah. Sifat subjektif dalam mengevaluasi kontribusi dan kriteria yang beragam di berbagai disiplin ilmu membutuhkan pemahaman dan pendekatan yang bernuansa terhadap masalah ini.

Menghadapi Tantangan dalam Evaluasi Penelitian

Evaluasi penelitian dan karya ilmiah melibatkan penilaian kontribusi, memastikan validitas data, dan menavigasi kompleksitas batas-batas disiplin ilmu. Adanya kecurigaan yang sudah ada sebelumnya dan potensi pelanggaran menggarisbawahi perlunya integritas, transparansi, dan umpan balik yang konstruktif dalam praktik penelitian.


Tinggalkan komentar

Eksplorasi konten lain dari Indonesian Science Communication Lab (IDSCL)

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca