Indonesian Science Communication Lab (IDSCL)

adalah grup inisiasi non-profit untuk pengembangan keilmuan, strategi dan praktik komunikasi sains di Indonesia. Berbasis riset dan pengalaman praktis untuk meningkatkan wacana dan partisipasi publik pada sains, dengan mendorong dialog dan proses deliberatif dalam ruang lingkup kajian public engagement of science (PES) dan Science, Technology and Society (STS).

Menyampaikan Sains dengan Humor: Strategi Efektif di Era Media Sosial

Dalam era digital, komunikasi sains mengalami perubahan besar. Platform media sosial seperti Twitter/X menjadi arena penting bagi para ilmuwan untuk berbagi pengetahuan. Namun, bagaimana agar informasi sains dapat diterima dengan baik oleh publik yang semakin skeptis? Sebuah studi baru menunjukkan bahwa humor, terutama kombinasi antara satire dan antropomorfisme, bisa menjadi kunci untuk meningkatkan daya tarik dan kredibilitas ilmuwan di mata publik.

Mengapa Humor?

Penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal of Science Communication mengungkapkan bahwa penggunaan humor dalam komunikasi sains dapat meningkatkan rasa "mirth" atau kegembiraan. Studi ini membandingkan berbagai jenis humor yang digunakan oleh ilmuwan dalam membahas kecerdasan buatan (AI) di Twitter/X. Hasilnya menunjukkan bahwa kombinasi antara humor antropomorfik (memberikan sifat manusia pada objek atau hewan) dan satire memiliki dampak paling besar dalam meningkatkan keterlibatan publik.

Humor dan Kepercayaan Publik terhadap Sains

Kepercayaan publik terhadap sains mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh persepsi bahwa ilmuwan kurang mampu berkomunikasi secara efektif atau dianggap terlalu serius dan sulit didekati. Dengan menggunakan humor, ilmuwan dapat menciptakan kesan yang lebih ramah dan relatable, sehingga meningkatkan kepercayaan publik terhadap mereka.

Dalam studi ini, para peneliti mengamati bagaimana orang-orang merespons berbagai bentuk humor yang digunakan oleh seorang ilmuwan fiktif dalam cuitan tentang AI. Hasilnya menunjukkan bahwa:

  • Antropomorfisme dan satire secara terpisah dapat meningkatkan tingkat kegembiraan publik (mirth).
  • Kombinasi keduanya memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan penggunaan salah satu jenis humor saja.
  • Semakin tinggi tingkat kegembiraan yang dirasakan, semakin tinggi pula persepsi publik terhadap kredibilitas dan keterpercayaan ilmuwan yang membagikan informasi.

Kombinasi Satire dan Antropomorfisme: Senjata Ampuh Ilmuwan

Satire dan antropomorfisme adalah dua jenis humor yang umum digunakan dalam komunikasi sains. Satire adalah bentuk humor yang bersifat kritis terhadap suatu topik, sedangkan antropomorfisme menciptakan kedekatan dengan audiens melalui penggambaran objek atau teknologi sebagai makhluk hidup.

Contoh sederhana dari antropomorfisme dalam komunikasi sains adalah penggunaan karakter fiksi seperti "Clippy" di Microsoft Word atau AI seperti Alexa yang memiliki suara manusia. Sementara itu, satire sering digunakan dalam acara seperti The Daily Show atau Last Week Tonight untuk menyampaikan isu-isu kompleks dengan cara yang menghibur.

Dalam penelitian ini, penggunaan humor dalam bentuk kartun di Twitter/X terbukti efektif untuk membuat publik lebih terbuka terhadap informasi sains. Ketika orang merasa terhibur, mereka lebih mungkin untuk mempercayai dan menghormati orang yang menyampaikan informasi tersebut.

Tantangan dan Risiko Penggunaan Humor dalam Sains

Meskipun humor memiliki banyak keuntungan dalam komunikasi sains, ada beberapa tantangan yang harus diperhatikan:

  1. Efek Kontra-produktif: Tidak semua orang memiliki selera humor yang sama. Jika humor yang digunakan terlalu sarkastik atau menyerang, bisa jadi publik malah merasa tidak nyaman atau kehilangan kepercayaan terhadap ilmuwan.
  2. Kesalahpahaman: Humor yang terlalu abstrak atau sulit dipahami bisa membuat pesan utama tidak tersampaikan dengan baik.
  3. Konteks Budaya: Humor sangat dipengaruhi oleh budaya. Apa yang dianggap lucu di satu negara bisa jadi dianggap tidak pantas di negara lain.

Studi ini menunjukkan bahwa ilmuwan yang ingin berkomunikasi secara efektif di media sosial harus mempertimbangkan penggunaan humor, terutama kombinasi antara satire dan antropomorfisme. Dengan pendekatan ini, ilmuwan tidak hanya dapat meningkatkan keterlibatan publik tetapi juga memperkuat kredibilitas mereka sebagai sumber informasi yang dapat dipercaya.

Namun, penting bagi ilmuwan untuk menggunakan humor dengan bijak, memastikan bahwa pesan yang ingin disampaikan tetap jelas dan tidak menimbulkan kesalahpahaman. Dengan strategi komunikasi yang tepat, humor dapat menjadi alat yang ampuh untuk menjembatani kesenjangan antara ilmuwan dan masyarakat luas dalam memahami isu-isu ilmiah yang kompleks. Jadi, siapkah kita menyampaikan sains dengan lebih banyak tawa?

Sitasi:


Tinggalkan komentar

Eksplorasi konten lain dari Indonesian Science Communication Lab (IDSCL)

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca